Playful Day With Children TK Sultan Agung

 

Oleh : Divisi Pendidikan dan Perkembangan

Editor : Divisi Informasi

Latar Belakang Kegiatan :

Divisi Pendidikan dan Perkembangan merancang sebuah kegiatan bersama di TK Sultan Agung milik badan wakaf UII. Kegiatan ini dilakukan atas dasar melihat pola perkembangan kognitif pada anak-anak usia 4-6 tahun. Oleh karena itu, Divisi Pendidikan dan Perkembangan memberikan tema “Playful Day WithChildren” pada kegiatan ini.

Secara umum, kegiatan ini bertujuan untuk membantu perkembangan sistem motorik pada anak dan melihat pola pikir perkembangan kognitif pada usia 4-6 tahun serta bagaimana upaya-upaya yang dilakukan untuk menumbuhkembangkan kognitif mereka. Selain itu, teman-teman PSC yang ikut serta dalam kegiatan ini juga dapat memperkaya pengalamannya dalam berkecimpung di area tumbuh kembang masa kanak-kanak.

 

Sekilas Informasi…

Playful day with children” dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2014 yang lalu. TK Sultan Agung terbagi dalam beberapa kelas yaitu kelas playgroup, kelas A dan kelas B. Kegiatan ini dilaksanakan di kelas B, namun karena kelas B masih terbagi lagi dalam beberapa kelas yaitu B1,B2 dan B3 maka teman-teman dari divisi pendidikan dan perkembangan memutuskan untuk fokus pada kelas B2. Kenapa? Berikut Alasannya :

  1. Anak-anak di kelas B2 memiliki kemampuan berkomunikasi yang sudah cukup baik
  2. Kemampuan berbahasanya juga sudah baik
  3. Aktif dan paham dengan lingkungan sekitarnya
  4. Sudah mempunyai pengalaman belajar yang lebih banyak dibandingkan dengan kelas lain

 

Selain itu, teman-teman divisi pendidikan dan perkembangan juga diberikan kesempatan untuk wawancara langsung dengan kepala sekolah mengenai sistem dan pengajaran di TK Sultan Agung ini. Berikut hasil wawancaranya :

  1. Anak-anak di TK ini mempunyai mata pelajaran tambahan, seperti Bahasa Inggris Dasar, misalnya hitungan angka dan pelajaran Bahasa Arab. Kedua pelajaran ini diberikan masing-masing seminggu sekali.
  2. Materi yang diberikan juga berupa pengenalan profesi-profesi pekerjaan yang ada di lingkungan.
  3. Belajar kesenian dengan Keterampilan-keterampilan tangan dan kognitif, seperti menggambar, origami dan menari.
  4. Pada setiap hari Sabtu, TK Sultan Agung mempunyai kegiatan khusus yaitu jalan-jalan pagi mengelilingi lingkungan sekitar TK dari jam 07.50 – 08.30.Tujuan kegiatan ini untuk membantu tumbuh kembang pemikiran anak dengan lingkungannya
  5. TK Sultan Agung juga mempunyai kegiatan ekstrakurikuler seperti seni tari, drumband dan menyanyi Bahasa Arab dan Bahasa Jawa. Kegiatan ini dilakukan pada setiap hari sabtu.
  6. Pada hari Sabtu ini biasanya diadakan Lomba Tari antar kelas. Kegiatan drumband juga diberikan pada kelas playgroup.

Image

 

Rangkaian Acara….

Selama kegiatan berlangsung, anak-anak terlihat sangat semangat dan antusias. Selain itu, beberapa anak-anak yang tergabung dalam kelas B2 ini memperlihatkan perkembangan motorik dan kognitif yang sangat baik. Hal ini terlihat ketika mereka berkomunikasi dengan teman-teman PSC, mereka sudah mampu menangkap dan memberikan feedback yang sesuai dengan hal yang dibicarakan. Selain itu, perkembangan kognitif anak-anak tersebut juga terlihat dari kemampuan problem solving mereka dalam memecahkan permasalahan dari mata pelajaran yang diberikan.

Image

Pada awalnya, teman-teman dari divisi pendidikan dan perkembangan membuat program untuk mengajar Bahasa Inggris Dasar di TK ini, namun karena hanya ada beberapa anak yang mengerti sedangkan yang lainnya belum belajar Bahasa Inggris, maka program ini tidak dilaksanakan. Namun, bukan berarti acara selesai, karena teman-teman PSC masih mempunyai permainan lain yaitu tebak gambar dan tebak cerita. Pada permainan ini dapat terlihat kemampuan berinteraksi anak-anak baik secara verbal maupun non-verbal ketika berinteraksi dengan teman-teman PSC. Selain itu, anak-anak tersebut juga memiliki kemampuan kognitif yang baik, hal ini terlihat dari kemampuan mereka berpikir cepat dan tepat dalam permainan tebak gambar dan tebak cerita.

Image

 

Berhubung saat kunjungan bertepatan dengan hari Sabtu dan anak-anak akan dipulangkan lebih awal, maka kebersamaan dengan anak-anak lucu nan menggemaskan itu pun harus berakhir. Sebelum pulang, guru-guru memberikan arahan kepada anak-anak untuk duduk di kursinya masing-masing lalu membaca beberapa doa yang dipimpin oleh ibu guru tersebut. Setelah selesai berdoa, mereka diperbolehkan pulang dengan berbaris dan mencium tangan satu per satu. Image

Image

Acara pun ditutup dengan penyerahan plakat oleh koordinator divisi pendidikan dan perkembangan, Retno Yuliardhianti kepada salah satu guru.

Image

Finally, tidak dapat dipungkiri bagi sebagian orang, berkumpul dan bermain dengan makhluk lucu nan menggemaskan itu merupakan suatu hal yang sangat membahagiakan 🙂

Image

Image

 Image

 

 

Mengenal ODHA di LSM Victory Plus

Mengenal ODHA di LSM Victory Plus

Oleh : Divisi PIO dan Sosial

Editor : Divisi Informasi

 

Sabtu, 7 Desember 2013 Psychology Study Club (PSC) FPSB UII kembali menggelar acara yang disponsori oleh Divisi PIO dan Sosial yaitu kunjungan ke LSM Victory Plus yang bertempat di Gejayan.

  • Apa itu LSM Victory Plus ?

LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) Victory Plus merupakan lembaga yang berkecimpung di bidang sosial khususnya HIV AIDS.                    

a. VISI DAN MISI VICTORY PLUS

VISI : Membangun kualitas hidup ODHA (Orang dengan HIV AIDS) dan OHIDHA ( Orang yang tinggal dengan ODHA ) dengan baik

MISI : Pemberdayaan ODHA dan OHIDHA

b. MUTU HIDUP ODHA

  1. Agar para ODHA bisa hidup percaya diri
  2. Agar para ODHA memiliki pengetahuan tentang HIV itu sendiri
  3. Memiliki akses dan menggunakan layanan dukungan yang ada, serta pengobatan dan perawatan
  4. Tidak menularkan virus kepada orang lain
  5. Melakukan kegiatan-kegiatan yang positif

 

c. PROGRAM KERJA

  1. Dukungan psikososial dari orang yang mengalami hal yang sama di rumah sakit (ketika sakit)
  2. Dukungan Psikososial di rumah (ketika sehat/sedang berobat jalan)
  3. Pendampingan minum obat (PMO)
  4. Komunitas dukungan sebaya
  5. Pelatihan kerja
  6. Dukungan sebaya di Lapas, Rutan, dan Panti
  7. Pemberdayaan ekonomi produktif
  8. Dukungan nutrisi tambahan
  9. Beasiswa ADHA ( Anak penderita HIV / AIDS )

 

d. KEGIATAN

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Victory Plus terbagi menjadi beberapa bagian. Pertama,  Dukungan Sebaya yaitu, para ODHA (Orang dengan HIV AIDS) yang membantu teman-teman sesama penderitanya untuk tetap bisa bertahan hidup dengan memberikan dukungan psikologis bagi para ODHA khususnya para ODHA yang baru. Kedua, Pemberdayaan ODHA merupakan suatu usaha dari pengurus Victory Plus untuk memberikan pelayanan yang nyaman kepada penderita ODHA agar para ODHA tidak menyebarkan penyakitnya ke orang lain dengan cara, misalnya memberikan fasilitas jarum suntik kepada ODHA yang juga pengidap narkoba agar jarum yang dipakainya tetap steril dari kuman, pemberian alat kontrasepsi untuk pasangan suami istri, pemberian beasiswa kepada ADHA ( Anak dari penderita HIV / AIDS ), dll. Selain itu, kegiatan lain yang juga dilaksanakan adalah seperti, Koordinasi mingguan, Kunjungan penguatan wilayah, Pelatihan pendidik pengobatan, Pelatihan teknisi HIV serta Kegiatan rohani atau Malam renungan AIDS dilakukan setiap bulan Mei yang biasa disebut dengan Malam Renungan Sederhana.

  •  Rangkaian Acara

        Meskipun hujan, acara yang dihadiri oleh 35 teman-teman PSC ini berjalan dengan lancar. Sambutan yang hangat dari pengurus dan para ODHA membuat teman-teman PSC semakin semangat mengikuti acara ini. Acara pertama diawali dengan suguhan dari pengurus yang memberikan informasi-informasi mengenai “ All About Victory Plus”.

Image

Image

Setelah itu, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan diakhiri dengan pembagian gelang kenang-kenangan sebagai bentuk sosialisasi hari AIDS SEDUNIA.

      Masih berlanjut loh acaranya, teman-teman PSC juga di kasih kesempatan buat bertanya semua hal yang terkait dengan HIV atau AIDS itu sendiri, langsung sama ODHA-nya. Pengurus membagi kelompok yang masing-masing berisi 6-7 orang. Setelah berkumpul dengan masing-masing kelompok, semua bebas menanyakan apa saja terkait dengan HIV atau  AIDS itu sendiri. Menurut salah satu informasi yang didapatkan langsung dari ODHA, Virus HIV sendiri penularannya lewat seluruh cairan manusia termasuk darah, air mani, dan alat kelamin (hubungan seks). Tetapi tidak semudah yang orang kira bahwa HIV menular dengan cepat ketika bersentuhan dengan mereka. Virus akan menular jika seorang ODHA memiliki luka dan mengeluarkan darah, kemudian terkena luka temannya yang tidak positif ODHA. Maka dengan itu virus akan cepat menular dan menyebar ke seluruh tubuh manusia. ODHA sendiri sangat tergantung dengan obat. Bahkan para ODHA harus meminum obat itu seumur hidup setiap 12 jam sekali. Jika ODHA tidak meminum obat tersebut, daya tahan akan menuruh dan mudah terserang penyakit. Namun, HIV/AIDS bukan termasuk penyakit genetic karena sepasang suami istri yang positif menderita HIV/AIDS jika mempunyai anak belum tentu anaknya juga positif terkena HIV/AIDS.

       Terakhir, dari informasi yang didapatkan Sampai saat ini di Yogyakarta, tercatat 2516 orang penderita ODHA (Orang Dengan HIV / AIDS), 50 anak ADHA (Anak Dengan HIV / AIDS), dan 100 orang OHIDHA (Orang Hidup Dengan penderita HIV / AIDS ).” Namun, LSM Victory Plus sebagai fasilitator memberikan kesempatan kepada para ODHA untuk dapat lebih memberdayakan potensi dan kualitas diri sehingga para ODHA memperoleh mutu hidup yang lebih baik. Akhir kata, semoga LSM Victory Plus semakin memberikan pelayanan yang terbaik dalam memberdayakan para ODHA 🙂

Image

Image

Behind The Scenes ” Seleksi Debat PSC”

 

Oleh : Divisi Pengembangan Minat dan Bakat

Editor : Divisi Informasi

           Selasa, 1 Oktober lalu bertempat di rusunawa putri UII berlangsung acara seleksi debat untuk calon peserta yang akan mewakili UII mengikuti ajang lomba debat di Kota Pahlawan, Surabaya. Acara ini disponsori langsung oleh Divisi Pengembangan Minat dan Bakat PSC,  yang dimulai pada pukul 16.00 WIB dan dibuka langsung oleh ketua PSC, Eri Yudhani serta tidak ketinggalan koordinator dari divisi pengembangan minat dan bakat, Riva Elvira.

Rangkaian Acara :

          Seleksi debat ini dibagi menjadi 2 sesi yang diikuti oleh 4 Team dan masing-masing Team terdiri dari 3 orang. Siapa saja orangnya? Mari kenalan dulu.. Team 1 ada Iswan, Anjani, dan Vicky, lanjut Team 2 ada Yogi, Ayu, dan Muthia. Kedua team ini menjadi team yang memperoleh kesempatan pertama untuk memulai debat dengan topik “Dewan ini percaya bahwa media sosial merupakan tempat coping stress yang tepat.” Kemudian Team 3 terdiri dari Retno, Diana dan Dyah akan melawan team 4 yang beranggotakan Caca, Najih dan Sulis dengan topik “ Dewan ini percaya bahwa smartphone merupakan media komunikasi paling tepat bagi remaja.” Kenapa topik yang diangkat mengenai media sosial? Sudah tentu jawabannya karena media sosial sudah sangat melekat dalam kehidupan masyarakat, sebagai sarana komunikasi, mulai dari anak-anak hingga dewasa.

            Seleksi debat ini berlangsung selama kurang lebih 2 jam, atas penilaian dewan juri yakni mas Yudi Kurniawan, S.Psi Image

dan mas Haris Nur Ali, S.Psi.

Image

Kedua juri ini tidak hanya memberikan penilaian kepada peserta debat, tetapi juga berbagi ilmu mengenai kunci dalam debat. Apa itu? Kuncinya adalah bahwa kita berdebat bukan untuk mengalahkan lawan tetapi untuk meyakinkan dewan juri., misalnya menyapa dewan juri terlebih dahulu pada saat akan memulai debat. Hal ini penting loh dan perlu diperhatikan oleh peserta debat, jadi ramah-ramah sama jurinya yaa 🙂

Image

            Setelah hampir 2 jam berlalu, maka penilaian pun dilakukan oleh dewan juri bersama ketua PSC untuk menentukan siapa yang akan meluncur ke Surabaya! Dan mereka adalah Najih, Retno, Diana, Dyah, Sulis dan Iswan. Selamat untuk mereka yang terpilih, semoga selalu memberikan penampilan yang terbaik dan semakin mengharumkan nama UII.  Tentunya semua peserta yang mengikuti seleksi debat ini sudah memberikan penampilan yang terbaik, jadi buat yang belum lolos jangan berkecil hati yaa, terus berlatih untuk  mewakili UII tahun depan. Kesempatan akan selalu ada jika kita terus mencoba, Semangat !

Image

Image

ImageImage

ImageImage

 

Belajar ke Rifka Annisa

Oleh : Annisa Reginasari

Pada hari kamis, 8 Mei 2013 lalu, Alhamdulillah PSC berkesempatan untuk berkunjung ke Rifka Annisa dalam usulan program kerja divisi aplikasi, sub divisi PIO dan Sosial. Kita sangat antusias! soalnya jalan-jalan juga hehehe… RA (baca: Rifka Annisa) berlokasi di Jl. Jambon IV Komplek Jatimulyo Indah Yogyakarta.

Kedatangan PSC disambut baik oleh pengurus pengurus Rifka Annisa. Kita difasilitasi dengan sangat baik dari tuan rumah dalam pertemuan diskusi. Diskusi berjalan lancar dan secara khusus bagi saya, narasumber telah cukup padat memberikan banyak informasi yang bermanfaat.

Saya, pribadi sebagai salah seorang yang mengikuti acara, penasaran sebenarnya apa saja kegiatan Rifka Annisa sebagai women crisis centre ini.

Rifka Annisa adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak dibidang psiko-sosial dalam pendampingan konseling (serta hukum) psikologi dan memberikan psikoedukasi (kampanye) terkait isu-isu kekerasan pada perempuan dan anak.  Rifka Annisa yang berarti “Teman Perempuan” adalah sebuah organisasi non pemerintah yang didirikan pada tanggal 26 Agustus 1993. Sebelumnya RA dikenal sebagai pusat krisis untuk perempuan. Sejak tanggal 20 Mei 2005 Rifka Annisa menjadi perkumpulan. Lembaga ini  melakukan banyak kegiatan-kegiatan sosialisasi anti kekerasan.

Menurut Narasumber, Rifka Annisa muncul akibat dari banyaknya kasus kekerasan yang terjadi pada perempuan dan anak-anak dalam keluarga. Budaya patriaki yang tumbuh di Indonesia ternyata berpotensi memgembangkan kecenderungan perilaku kekerasan yang memang kebanyakan dilakukan oleh laki-laki. Budaya patriaki membuat sebuah stereotype dan pelabelan bahwa laki-laki cenderung punya kekuatan (power) yang lebih besar daripada perempuan. Pelabelan ini sering kita sebut  stereotype peran gender (role gender). Akibat dari adanya kesenjangan kekuasaan dan kekuatan inilah sering terjadi konflik yang berujung pada perilaku kekerasan oleh pelaku. Potensi untuk mendapatkan kekerasan juga dapat terjadi hampir di sepanjang rentang kehidupan individu. Bahkan dari dalam kandungan seorang anak berpotensi mendapat kekerasan, misalnya tidak diberi nutrisi yang baik oleh ibu dan yang paling ekstrim, digugurkan.

Jujur, awalnya saya sudah punya asumsi di benak saya. Beberapa pertanyaan muncul.. Mengapa wanita yang menjadi fokus perhatian? apakah tidak ada yang menjadi korban itu justru adalah laki-laki? Namun ternyata pertanyaan yang sama (hampir sama) juga diutarakan oleh teman-teman lain (colek: wahyu, epri ahahha). Dan, narasumber menjelaskan bahwa ternyata pada kenyataannya pelaku kekerasan bisa dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan.. Nah!

RA3

RA4

RA5

RA6

WIL (wanita idaman lain) ternyata bisa dikategorikan ‘pelaku kekerasan’ lho! Dengan catatan, bahwa si wanita ini sadar dan tahu bahwa ia berada di  jalan yang “salah”. Hmmm…. agak sensitif sebenarnya, namun saya yakin bahwa inilah yang perlu kita tahu bahwa mungkin di dunia kerja, ada banyak hal yang kontroversial 🙂 That was my opinion!

Ya, beberapa anggota PSC aktif dalam menanggapi materi yang diberikan narasumber (Nova, Ratna, Noni, Wahyu, Epri). Kita mendapat jawaban yang memuaskan Alhamdulillah 🙂 Narasumber juga sesekali bertanya pada kami tentang beberapa hal (misalnya tentang apa bedanya konseling dan bimbingan, apa contohnya kekerasan dalam masa kandungan) Thanks Mbak India 🙂

Menyambung pembahasan di atas tentang RA, saya sempat menulis beberapa catatan kecil (bagi PSC-ers lain yang sempat mencatat dan ingin menambahkan posting ini, silahkan yaa) sewaktu mengikuti pertemuan. Hal yang membuat saya tertarik adalah pelibatan konselor laki-laki dan adanya Men’s Programme dalam kampanye anti kekerasan yang diusung oleh RA. Itu sangat unik menurut saya. Kenapa? Sebab, apa sebenarnya pengaruh laki-laki terhadap gerakan anti kekerasan bagi perempuan ini? Bukankah laki-laki disinyalir adalah “pelaku” kebanyakan dari kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga misalnya.. Bukankah budaya Patriaki tadi memicu kekerasan yang notebene itu tentang laki-laki? poinnya adalah mengapa laki-laki perlu terlibat?

Pertanyaan itu terjawab ketika Narasumber menjelaskan bahwa pelibatan laki-laki dalam program RA dalam gerakan anti kekerasan bertujuan menggambarkan atau mengkonstruksikan kembali agar laki-laki tidak terbawa pada stereotype budaya patriaki, yang berujung pada terwujudnya Keadilan jender. Keadilan jender yang dimaksud disini adalah bagaimana sebuah hubungan dengan pasangan (yang berbeda jendernya) bisa saling sejajar dalam menghargai, memenuhi hak dan kewajiban, mengasihi, menghormati dan memberikan perhatian. Sehingga kesenjangan-kesenjangan dalam peran jender yang memicu konflik bahkan kekerasan dapat diperkecik peluang kemunculannya. Konsep ini perlu dipahami oleh laki-laki. Dalam melakukan konseling pun, berbeda perlakuannya antara pendekatan konseling oleh konselor laki-laki untuk klien laki-laki sebagai (biasanya) pelaku kekerasan, dengan konselor perempuan pada korban kekerasan (biasanya perempuan).

RA 1

RA2

Macam-macam kekerasan ternyata ada banyak. Selama ini mungkin yang kita (saya) tahu cuma kekerasan fisik dan mental. Narasumber menyampaikan bahwa bukan hanya itu, ada juga kekerasan ,seksual, ekonomi (tdk dinafkahi), sosial (dijelek2kan secara sosial).

Ada beberapa divisi di RA, salah satunya adalah Divisi Pendampingan. Divisi ini bisa dikatakan ikon nya RA, ujung tombaknya RA. Sebab tugas dari divisi ini adalah melindungi, mendampingi perempuan dan anak-anak dari kekerasan. Pendampingan dapat berupa pendampingan hukum dan psikologi. Pendampingan hukum terdiri atas  pendampingan hukum pidana dan perdata. Pidana contohnya, aduan kekerasan fisik, perkosaan, dan sebagainya. Sedangkan contoh pendampingan hukum perdata  misalnya, terkait perceraian dan warisan. RA bukan lembaga Advokasi sehingga tidak menyediakan pengacara, namun memberikan pendampingan dan dorongan serta memberikan informasi yang lugas pada klien secara tdk langsung terhadap hak-hak klien yang perlu klien sadari terkait dengan hukum dan perundangan yang berlaku di Indonesia. Pendampingan psikologi dilakukan dengan konseling dan  memantau pemulihan dg mencoba melihat kembali keadaan klien. Menurut narasumber, seorang pendamping hukum, harus paham juga tentang psikologi, begitu juga sebaliknya. Hal ini bertujuan untuk dapat melayani klien dengan sebaik mungkin saat datang dengan pengaduannya.

“Level psikologis” dalam memetakan keadaan psikologis klien
Dilakukan Intervensi krisis untuk korban agar dia berdaya, dimanapun dia mendapat kekerasan dia tau berbuat apa yg diwujudkan dalam indikator level berdayaan, jd tujuan konseling awalnya adalah meningkatkan level ini, namun harus dipahami dinamika psikologis klien sebelum konselor mampu memahami klien sehingga dapat membantu klien untuk dapat memilih dan mengambil keputusan yang terbaik bagi klien dalam permasalahannya.

Narasumber mengatakan bahwa pentingnya Building Rapport dalam konseling, agar klien memiliki motivasi dalam menceritakan keluhannya secara luwes. Beliau juga menambahkan bahwa peran konselor adalah sebagai fasilitator yang bertuugas memancing cerita, membuat klien dapat melihat sudut pandang lain sehingga pada akhirnya solusi itu muncul dari dirinya sendiri. Prinsip ini dapat disebut juga pemberdayaan dan egaliter.

RA tidak menyediakan jasa terapi, hanya konseling saja.

 RA7

RA8

RA9

RA11

Konseling beda dengan curhat, konseling punya arah, tujuan dan pola pikir jangka panjang
by Mbak India

Sewaktu mbak India baru mengisi acara, kalau tidak salah, saya dengar Beliau (kira-kira) bilang begini

Rasanya kurang cukup kalau ilmu itu cuma kita dapatkan di kelas saja, saya senang ternyata ada Club Psikologi di FPSB seperti ini, melihat ke lapangan..

Wah! mudah-mudahan yaa.. PSC ke depannya bisa lebih baik lagi… Amiin

ini ada link situs resminya Rifka Annisa 🙂 >>>>>> http://www.rifka-annisa.or.id

Kunjungan ke SLB Wiyata Dharma III

            oleh : Nindy Amita

Pada tanggal 23 maret 2013 merupakan hari yang membahagiakan bagi anggota PSC-ers karena kami mengunjungi salah satu sekolah luar biasa yng bernama SLB Wiyata Dharma III. Ketika mulai memasuki aula penyelenggaraan acara semua anggota PSC masih telihat gugup ketika bertemu mereka anak-anak yang sangat istimewa, tapi tak lama kemudia suasana aula menjadi sangat bergema dengan adanya permainan yang diadakan oleh pihak acara. Ada seorang anak yang membuat saya (penulis) merasa takjub luar biasa. Yaitu seorang anak yang bernama Beni dengan usia 25 tahun. Anak tersebut terlihat senang dan aktif dalam berbagai permaianan tetapi ia tidak banyak bicara dan ketika berbicarapun suaranya kecil dan itu menyebabkan saya sulit untuk berkomunikasi lebih lanjut kepadanya. Nah ketika acara selesai dan semua anggota telah berangsur pulang Beni menunggu saya keluar aula dan ia ingin bersalaman hahaha.

senang 1

senang 2

senang 3

senang 4

Ada juga seorang anak tuna netra bernama Bagas yang sangat piawai memaikan piano dengan lagu Cinta Sejati. Bagas sangat mencairkan suasana ketika itu dan membuat kami semua sebagai anggota PSC-ers menjadi kagum karena seorang anak yang memiliki keterbatasan pun dapat menunjukkan karyanya.

bagas

Acara kunjungan SLB ini adalah rangkaian acara dari divisi pendidikan yaitu Efrinal Qodri dan Raras Indah Fitriana, kami sebagai anggota PSC bertemari kasih kepada mereka berdua karena telah membantu kami untuk mendapatkan pengalaman yang berbeda dan bertemu anak-anak yang sangat istimewa.

senang sekali

bersama

sama sama

bersamaa lagi

our link here : https://www.facebook.com/media/set/?set=oa.627682173924301&type=1

POST-POWER SYNDROME

oleh : Sub divisi PIO, Divisi Akademik dan Aplikasi

 

Definisi

Postpower syndrome adalah suatu gejala yang terjadi dimana si penderita tenggelam dan hidup di dalam bayang-bayang kehebatan, keberhasilan masa lalunya sehingga cenderung sulit menerima keadaan yang terjadi sekarang.

Post-power syndrome adalah gejala yang terjadi dimana penderita hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya (karirnya, kecantikannya, ketampanannya, kecerdasannya, atau hal yang lain), dan seakan-akan tidak bisa memandang realita yang ada saat ini. Seperti yang terjadi pada kebanyakan orang pada usia mendekati pensiun. Selalu ingin mengungkapkan betapa begitu bangga akan masa lalunya yang dilaluinya dengan jerih payah yang luar biasa.

Penyebab post-power syndrome

Turner & Helms (Supardi, 2002) menggambarkan penyebab terjadinya post-power syndrome dalam kasus kehilangan pekerjaan, yaitu:

  1. Kehilangan harga diri; hilangnya jabatan menyebabkan hilangnya perasaan atas pengakuan diri.
  2. Kehilangan fungsi eksekutif; fungsi yang memberikan kebanggaan diri.
  3. Kehilangan perasaan sebagai orang yang memiliki arti dalam kelompok tertentu.
  4. Kehilangan orientasi kerja.
  5. Kehilangan sumber penghasilan terkait dengan jabatan terdahulu.

Biasanya Post-power syndrome banyak menyerang seseorang yang baru pensiun, terkena PHK, seseorang yang pernah mengalami kecacatan karena kecelakaan, menjelang tua atau orang yang turun jabatan, dsb. Hal ini semakin diperparah dengan kondisi mindset individu yang mengatasnamakan jabatan sebagai sesuatu yang sangat membanggakan pada dirinya. Semua ini bisa membuat individu pada frustasi dan menggiring pada gangguan psikologis, fisik serta sosial.

Gejala-gejala individu yang mengalami post-power syndrome

  1. Gejala fisik: tampak kuyu, terlihat lebih tua, tubuh lebih lemah dan sakit-sakitan.
  2. Gejala emosi mudah tersinggunng, pemurung, senang menarik diri dari pergaulan, atau sebaliknya cepat marah untuk hal-hal kecil, tak suka disaingi dan tak suka dibantah.
  3. Gejala perilaku: pendiam, pemalu, atau justru senang berbicara mengenai kehebatan dirinya di masa lalu, mencela, mengkritik, tak mau kalah, dan menunjukkan kemarahan baik di rumah maupun di tempat umum.

Pada beberapa kasus, post-power syndrome yang berat diikuti oleh gangguan jiwa seperti tidak bisa berpikir rasional dalam jangka waktu tertentu, depresi yang berat, atau pada karakter kepribadian introvert.

Langkah pencegahan

Menurut para ahli psikologi, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya post-power syndrome pada diri individu, yaitu:

  1. Langkah preventif dapat dilakukan dengan mengembangkan pola hidup positif. Pengembangan bola hidup yang positif memberikan energi positif pada pemikiran seseorang, sehingga memiliki kecenderungan untuk tidak terpuruk dalam permasalahannya.
  2. Langkah perseporatif dapat dilakukan dengan membuka diri pada ajakan untuk membuka kesempatan aktualisasi diri. Dengan memiliki banyak pengalaman, seseorang akan memiliki wawasan yang luas dalam berpikir. Sehingga hilangnya pekerjaan tidak menjadi hal yang mematikan semangat hidup seseorang.
  3. Langkah kuratif dapat dilakukan dengan bergembira menjalani tantangan hidup. Seseorang yang memiliki pandangan positif pada setiap kesulitan akan mencari solusi dalam setiap masalah hidupnya, bukan memikirkan masalah sebagai problematika yang tak ada solusinya.

Penanganan post-power syndrome

Seseorang yang mengalami post-power syndrome biasanya menganggap bahwa jabatan atau pekerjaannya merupakan hal yang sangat membanggakan bahkan cenderung menjadikan pekerjaannya sebagai dunianya. Sehingga hilangnya pekerjaan karena pensiun atau PHK memberikan dampak psikologis pada mental seseorang. Penanganan yang bisa dilakukan pada kasus seperti ini adalah dengan memberikan terapi kognitif/cognitive behavioral therapy. Dengan terapi kognitif, diharapkan seseorang dapat mengubah pola pikir yang sebelumnya membanggakan prestasi, jabatan, dan pekerjaannya, menjadi yakin, percaya dan menerima bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini. Setelah itu, temukanlah hal-hal baru yang bisa membanggakan atau memberikan kebermaknaan hidup. Dalam keadaan seperti ini, keluarga juga memiliki pengaruh pada terlewatinya fase post-power syndrome. Seseorang bisa menerima kenyataan dan keberadaannya dengan baik akan lebih mampu melewati fase ini dibandingkan seseorang yang memiliki konflik emosi.

Laporan Diskusi tentang ‘Masalah dalam Perkembangan Masa Dewasa Awal’

Oleh : Sub Divisi Pendidikan, Divisi Akademik dan Aplikasi


A.   
Sekilas tentang “ Apa sih perkembangan masa dewasa awal ? “

        Perkembangan masa dewasa awal ini adalah masa dimana seseorang mulai menginjakkan umur sekitar 19-25 tahun. Dalam masa dewasa awal banyak sekali masalah yang bisa terjadi pada individu. Khususnya kami membahas masa dewas awal ini, permasalahan dalam mahasiswa. Ini beberapa yang dibahas dalam diskusi ini adalah

1. Bagaimana seorang individu yang mengalami keterlambatan dalam hal pola berpikir maupun dalam menyelesaikan masalah. Ketidakmampuan pemecahan masalah ini ditujukan pada :

                  a. Ketidakmampuan mengambil keputusan secara tepat

                  b. Kecendrungan untuk bergantung dan mengikuti apa yang dilakukan kelompok

                  c. Terjebak dalam perilaku yang tidak bermanfaat, misal membeli tugas skripsi.

      Idealnya seorang mahasiswa yang sudah memasuki tahap perkembangan dewasa awal sudah memiliki kemampuan berpikir dalam mememcahkan masalah dengan usaha menemukan sasaran pemecahan yang ideal, berpikir kritis, dan mampu menganalisa dan mencari solusi yang tepat.

        Penyebab

Umumnya karena pola asuh yang salah, terlalu memanjakan dan tidak melatih anak bersikap mandiri dan tidak mendidik anak pada sikap-sikap positif.

2. Terjadinya Keterlambatan perkembangan kemandirian belajar

      Dalam tugas perkembangan ini, idealnya seorang mahasiswa sudah mampu menyelesaikan pekerjaan dan tugas-tugas belajarnya secara mandiri, mampu menentukan kebutuhan belajar, merencanakan belajar dari segi tempat dan waktu, melaksanakan belajar dari segi waktu dan intensitas, mengevaluasi belajar dengan mengikuti latihan-latihan tes formatif,  tugas mandiri dan tugas kelompok, serta mampu berusaha mendapatkan bantuan belajar yang dibutuhkan. Namun terkadang, masih terdapat mahasiswa yang mengalami kegagalan mencapai tahap perkembangan ini. Keterlambatan perkembangan kemandirian belajar ini banyak ditunjukkan dengan adanya :

                  a. Rendahnya motivasi belajar

                  b. Rendahnya konsep diri

                  c. Rendahnya etos kerja

                  d. Rendahnya daya juang mahasiswa

 

  1. B.     Isi Diskusi

Dalam diskusi ini banyak pertanyaan yang didiskusikan bersama seperti :

–          Bagaimana pola asuh orang tua yang bisa mempengaruhi perkembangan anaknya di masa dewasanya?

–          Apakah faktor lingkungan dan teman sebaya juga berpengaruh pada pribadi seseorang? Entah dalam memecahkan masalah atau bergaul?

–          Seberapa besar pengaruh teman sebaya membuat individu itu dalam memutuskan sesuatu hal? Ikut mayoritas (pengikut saja), tidak memiliki pilihan sendiri?

–          Bagaimana dengan persaingan dalam kelompok (teman sebaya). Apakah di masa dewasa awal ini persaingan masih terjadi? Seperti dengan anak kuliahan yang merasakan kurang / biasa saja antar pertemanan tidak ada persaingan?

–          Sebenarnya apa sih bedanya motivasi dengan obsesi? Seperti keinginan seseorang yang menggebu-gebu mencapai sesuatu?

–          Apakah pengaruh pola asuh orang tua jaman dulu itu mempengaruhi bagaimana kesuksesan anak kedepannya?

–          Pola asuh  orang tua yang seperti apa yang paling bagus? Dan pada saat apa macam-macam pola asuh sebaiknya digunakan?

Pembahasannya adalah :

–          Pola asuh orang tua juga dapat mempengaruhi perkembangan anaknya dimasa dewasa awal, karena pembentukan karakter dan kepribadian dimulai dari lingkungan utama yaitu keluarga. Bagaimana seorang anak mempelajari segala hal, dimulai dengan pengajaran dari orang tua atau saudaranya. Pengasuhan orang tua itu sendiri tidak sepenuhnya mempengaruhi kesuksesan anaknya, karena didikan orang tuanya itu sebagai pegangan dan prinsip yang dipegang, tetapi yang menjalankan dan mencapai kesuksesan itu adalah diri kita sendiri. Pendidikan yang diberikan orang tua sebagai penguat/dasar pandangan hidup kita. Orang tua sebagai penyemangat dan dorongan dalam mencapai kesuksesan.

–          Iya teman sebaya dan faktor lingkungan juga mempengaruhi pribadi seseorang. Karena menurut psikologi perkembangan, teman sebaya merupakan no.2 pembawa pengaruh paling besar atas kepribadian seseorang. Karena mereka banyak menghabiskan waktunya dengan teman sebayanya. Dalam pergaulan dengan teman sebayanya, disini lah mereka mencari jati diri dan bagaimana ia bersikap bisa terlihat dalam kelompok pertemanan. Biasanya orang yang sangat bergantung dengan teman sebaya atau istilahnya hanya menjadi follower saja,  dia tidak bisa memutuskan sesuatu atas dasar pilihannya, ia cenderung mengikuti bagaimana pola bermain yang ada dalam kelompok itu. Dalam memecahkan masalah pun, ia bertanya pada teman sebayanya dan tidak bisa menyelesaikan sendiri.

–          Sama seperti yang sudah dijelaskan diatas, pengaruh teman sebaya merupakan no.2 pembawa pengaruh atas kepribadian seseorang. Lalu, mereka yang menjadi minoritas, akan mengikuti mayoritas yang ada. Mungkin ini dimaksudkan untuk tidak berani mengungkapkan pendapat.

–          Mungkin persaingan antar teman sebaya di masa kuliah, sudah berkurang. Tidak sebesar rasa persaingan saat dimasa-masa sekolah seperti SMP dan SMA. Karena disini mahasiswa sudah memiliki pengalaman dan mempunyai pandangan sendiri bagaimana saya melakukan sesuatu, bagaimana saya memutuskan suatu hal. Secara teori mungkin belum bisa dijelaskan bagaimana ini bisa terjadi, tapi menurut pengalaman dan cerita dari orang-orang, saat masa kuliah ini mereka cenderung merasakan tidak mau ambil pusing. Dalam artian tidak ingin bersikap yang terlalu ambisius namun santai tapi serius dalam mencapai apa yang dia inginkan. Persaingan pasti ada, tetapi tidak terlalu mencolok dalam masa pencapaiannya.

–          Bedanya motivasi dengan obsesi, yaitu motivasi adalah bagaimana dorongan seseorang yang bersifat positif dalam mencapai sesuatu. Motivasi memiliki dorongan yang lebih positif disbanding dengan obsesi. Obsesi itu lebih seperti keinginan seseorang dalam mencapai hal yang menjadi pikirannya tetapi terkesan lebih seperti memaksakan. Sebenarnya obsesi itu hal yang menjadi pemikiran dia yang harus bisa terjadi sesuai dengan apa yang dia inginkan. Menurut psikologi pendidikan, ada beberapa ciri-ciri orang yang memiliki motivasi ini, seperti do something, ada melakukan suatu hal yang menjadi dorongan dia, memiliki rasa percaya diri, kreatif, selalu berusaha, memiliki target (yang postif dan pasti), tidak mengeluh, mempunyai prinsip dan selalu melakukan suatu hal dengan efektif&efisien. Kurang lebih seperti itu, cirri-ciri orang yang memiliki motivasi.

–          Pola asuh orang tua jaman dulu ada pengaruhnya dimasa depan kita. Karena ada beberapa hal yang memang sudah menjadi budaya, namun bagaimana pintar-pintarnya orang tua kita sekarang ini dalam memberikan pola asuh terhadap kita. Tidak semua pola asuh orang tua jaman dulu diberlakukan sama persis oleh orang tua kita dalam mengasuh. Karena adapun pepatah yang mengatakan ‘Orang tua harus terbuka dengan perkembangan zaman’ dalam artian orang tua harus bisa melihat bagaimana perkembangan zaman sekarang dengan zaman dulu. Dengan begitu, orang tua dapat masuk/terlibat juga dalam dunia kita. Banyak orang tua jaman sekarang juga mengikuti training/ seminar parenting, ini dimaksudkan agar bagaimana pola asuh yang sebaiknya digunakan. Pola asuh orang tua jaman dulu hanya diambil beberapa nilai yang menjadi panutannya, tidak mungkin pola asuh yang sangat keras dijaman dulu digunakan di jaman sekarang. Karena jaman dulu dan sekarang sudah berbeda kondisinya. Orang tua sudah tahu apa yang terbaik untuk anaknya. Untuk itu, orang tua jaman sekarang mau tidak mau harus membuka mata dengan perkembangan jaman sekarang dan bagaimana menyesuaikannya.

–          Bila ditanya pola asuh mana yang lebih bagus, akan sulit menjelaskannya. Karena pada dasarnya semua tipe pola asuh itu tidak ada yang buruk. Semua sama bagusnya, hanya saja mana yang terbaik dari yang terbaik. Pola asuh orang tua itu sendiri ada 3 macam, yaitu :

  1. Pola Asuh Otoriter, yaitu dimana anak dituntut untuk menjalani apa yang menjadi tuntutan orang tuanya. anak hanya menurut saja tanpa melawan (pendapat sendiri). Disini orang tua sangat mengekang dan keras. Anak yang di asuh dengan pola asuh otoriter ini, dalam pergaulan denga teman-teman sebayanya akan cenderung sebagai pengekang dan pembankang. Namun didalam rumah ia sebagai penurut, ini disebabkan karena ia merasakan kehidupan lain dan merasa bebas saat tidak berada dirumah. Dia merasakan bebas berekspresi saat berada dilingkungan luar tanpa ada yang melarangnya.
  2. Pola Asuh Demokratif, dimana orang tua lebih bersifat bebas namun tegas. Disini orang tua lebih terbuka dengan perkembangan zaman. Dalam artian, tidak terlalu mengekang namun memberikan anak space  dalam mengungkapkan pendapatnya.
  3. Pola Asuh Permisif, orang tua sangat membebaskan anak. Tidak ada kekangan/paksaan dalam pola asuhnya ini.

Kita tidak bisa langsung memutuskan ini pola asuh yang terbaik. Karena dalam pengasuhan ini, ada saatnya dimana orang tua memberlakukan pola asuh otoriter, demokratis ataupun permisif. Semua pola asuh itu baik, namun bagaimana orang tua kita memberikan pola asuh itu disaat yang memang seharusnya digunakan. Seperti pola asuh otoriter, dalam masalah sekolah/pendidikan, orang tua sangat tegas dalam masalah pendidikan anaknya. Beliau menginginkan yang terbaik serta memberikan pandangan dan ketegasan dalam masalah pendidikan. Kemudian dalam memutuskan suatu hal, orang tua akan membebaskan kepada diri kita. Disini pola asuh demokratis digunakan orang tua. Intinya orang tua sudah sangat mengetahui bagaimana baiknya ia mengasuh kita sebagai anaknya.

  1. C.    Kesimpulan

      Dari diskusi ini bisa diambil kesimpulan bahwa, masalah dalam perkembangan masa dewasa awal, banyak dipengaruhi juga oleh faktor eksternal. Seperti pengaruh teman sebaya, keluarga dan pola asuh orang tua, yang dimana masing-masing membawa pengaruh yang berbeda-beda. Ada positif dan negative. Namun disini lebih melihat juga bagaimana individu itu sendiri dalam menyikapi dirinya. Seperti masalah keterlambatan pola berpikir ini dengan cara penangan yang bisa dilakukan Penanganan

                    1.  Kemampuan memecahkan masalah mahasiswa didukung oleh faktor eksternal  dan internal.  Faktor Eksternal berasal dari keluarga, pengaruh teman sebaya, pola komunikasi, dan lingkungan pendidikan. Faktor internal berasal dari pengalaman pribadi, kemampuan intelegensi, kepercayaan diri, dan kreativitas. Faktor-faktor inilah yang perlu dikembangkan dan dilatih.

                     2. Meningkatkan pola komunikasi interpersonal dengan mahasiswa.

                          Komunikasi seseorang pada suatu tempat akan membantu seseorang menyelesaikan masalahnya, dan memberikan kepuasan yang bersifat personal. Adanya suatu masalah yang dikomunikasikan dengan suatu pihak akan memberikan kesempatan pada individu untuk mendapatkan pengalaman dan informasi tentang pemecahan masalah sejak awal.

                        3.   Menggali dan melatih kreativitas mahasiswa

                              Kreativitas yang dimiliki mahasiswa, memiliki peran aktif dalam proses belajar. Tingginya kreativitas akan membuat mahasiswa lebih mudah dalam kemampuan memecahkan masalah dengan mengkombinasikan ide-ide lama menjadi ide baru

                        Kemudian dalam masalah keterlambatan perkembangan kemandirian belajar ini dapat dilakukan penangannya :

                        1.   Membuat desain pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan (gaya belajar andragogig / gaya belajar pada orang dewasa, dengan melibatkan mahasiswa dalam proses pembelajaran secara aktif

                        2.   Kompetisi dan proses evaluasi dilakuan secara objektif

                        3.   Gerakan membangkitkan semangat mahasiswa dalam manajemen waktu

                        4.   Terus melatih dan mendorong mahasiswa untuk mengerjakan tugas, buat kelompok     diskusi

5.   Tetap memberikan tugas mandiri kepada mahasiswa an hargai hasil pekerjaannya dengan mereview serta memberikan komentar yang memandu pada perbaikan

6.   Membuat seluruh aktivitas dan tugas – tugas perkuliahan  kreatif yang dapat mendorong mahasiswa untuk membaca, menulis, menganalisa dengan indicator-indikator yang terukur (hal ini sangat membantu menimbulkan kemandirian belajar mahasiswa).

Hasil Diskusi divisi klinis

oleh Ida Haryani Azhari

Gangguan Makan

  1. Macam – macam gangguan makan

–            Anorexia Nervosa berasal dari bahasa yunani, yaitu tidak memiliki hasrat untuk (makanan). Penderita anorexia nervosa merasa kalau dirinya gemuk dan terjadi distorsi pikiran. Dampaknya berat badan berkurang 35%, dapat menimbulkan anemia,kulit kering dan pecah.

Penanganannya :

  1. Komunikasi dan disfungsional dalam hal makanan dan makanan harus terstruktur.
  2. Diskusi dengan keluarga dan distorsi tentang pencitraan tubuh.

–                 Bulimia Nervosa berasal dari bahasa yunani, yaitu gangguan makan yang memiliki karakteristik episode yang berulang untuk menelan makanan dalam jumlah besar, di ikuti dengan cara-cara yang tidak tepat untuk mencegah pertambahan berat badan, seperti memuntahkan makanan dengan sengaja. Dampaknya terjadi pembesaran kelenjar ludah akibat sering muntah.

Penanganannya :

  1. CBT à focus pada pengubahan kebiasaan makan dan sikap tentang bentuk tubuh.
  2. Behavior Therapy à focus pada pengubahan kebiasaan makan
  3. Interpersonal Therapy à focus pada perbaikan fungsi interpersonal dan mengurangi konflik interpersonal

 

–       Gangguan Makan Berlebih ( Binge – eating disorder) : memiliki karakteristik makan yang berlebihan tanpa memuntahkan, mereka akan makan terus walau dalam keadaan kenyang sekali pun. Menurut Walter W.Hamburger,Binge Eating disebabkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah-masalah hidup secra praktis (tidak mampu dalam pengendalian emosi, pemprosesan serta mengatasingya)

Penanganannya :

  1. Terapi cognitive-behavioral
  2. Psikoterapi interpersonal
  3. Terapi medikasi

–                      PICA : gangguan makan karena konsumsi zat-zat yang tidak bergizi secara terus menerus selama kurang lebih satui bulan. Pica : nafsu makan yang tidak biasa seperti memakan pasir, tanah dll. Pica terjadi pada anak umur 1-6 tahun.

 

 

Penanganannya :

  1. Memperketat pengawasan anak
  2. Memberi pemahaman pada anak tentang bahaya benda-benda yang dimakan
  3. Pendekatan keluarga
  4. Pemberian hukuman
  5. Konsultasi ke psikolog atau psikiater

–       Obesitas

Faktor penyebab ;

  1. Faktor genetis
  2. Proses-proses fisiologis
  3. Life style

Penanganannya :

  1. Program penurunan berat badan
  2. Program self-help komersial
  3. Program self-directed ( mengatur diri)
  4. Batriatric surgery (operasi batriatik)

 

Faktor-faktor penyebab Gangguan Makan

  1. Faktor Sosiokultural
  2. Faktor Psikologis
  3. Faktor Keluarga
  4. Faktor Biologis

Pertanyaan :

  1. Obesitas kenapa masuk kedalam gangguan makan?

Karena karena pada orang yang mengalami obesitas itu psikologisnya pasti kena.

  1. Bagaimana Penanganan gangguan makan yang ektrim?

Melalui farmakoterapi, eating diary, terapi kognitif

 

Gangguan ketergantungan Obat

Tingkatan-tingkatan penggunaan obat :

  1. Substance Use (Penggunaan zat), seperti penggunaan kafein pada kopi dan the
  2. Intoxication,yaitu reaksi psikologis akibat terlalu banyak mencerna obat seperti marah-marah, bingung, kurang perhatian.
  3. Subtance Abuse (Penyalah gunaan zat)
  4. Subtance dependence (Ketergantungan obat)

 

Ketergantungan alcoholyang dapat mempengaruhi psikologis.

Dampaknya :

–          Hilangnya kesadaran diri

–          Menimbulkan perilaku agresif, destruktif, apatis, rasa takut dan tidak bertanggung jawab

–          Kehilangan untuk membedakan alam nyata dan alam bawah sadar

Terapi ketergantungan Alkohol : Rehabilitasi

  1. Ketergantungan Narkotika

Gejala keracunan OPIOD  : Kontraksi pupil

Terapi Ketergantungan Narkotika : Terapi detoksifikasi dan terapi rumatan

Ketergantungan Rokok

Efek psikologis pada perokok :

  1. Menimbulkan ketagihan
  2. Menurunkan kemampuan berfikir dan psikomotorik
  3. Organ tubuh mulai rusak

 

Pertanyaan :

  1. Apakah obat tidur termasuk ketergantungan zat?

Iya, jika digunakan dalam dosis yang berlebih secara terus menerus.

  1. Setujukah anda dengan legalisasi ganja? Jelaskan !

Iya, karena bisa digunakan sebagai obat terapi.

 

Intervensi dan Treatment

  1. Psikodinamis : konflik ketidaksadaran.

Terapi à Psikoanalisa

Teoritik à Psikoanalisa

Psikodinamika membawa konflik kea lam bawah sadar (sikap dan kesadaran dikontrol)

Free association : mencapai kenyamanan

Dream Analisis ( Buku dewanya freud)

Interpensi

Behavior : proses belajar yang salah dengan proses belajar yang kembali

–          Klien dibuat nyaman untuk mengetahui masalahnya

–          Exibitinis : gangguan seksual

OPC à untuk mengetahui faktor-faktor yang menyenangkan seperti reward dan punishment.

–          Perilaku menyakiti diri sendiri seperti anak autis

–          Token Ekonomy : terapi tang disukai

–          Respon seeking : perilaku baru

  1. Ellis dan Beck

–          Pikiran Irrasional à dipengaruhi oleh persepsi kita terhadap masa depan, tidak menuntut intervensi.

–          Kognitif dan behavioral (gabungan dari irrasinal dan disfungsional), seperti menulis diary

–          Menuntut berpikir rasional

  1. Humanistik Terapi
  2. Family terapi

 

Cerita Jibaku Tim Debat Psikologi UII

Oleh : Annisa Reginasari

Tim debat Psikologi UII kembali unjuk gigi dalam perlombaan debat yang diadakan oleh dua universitas negeri yakni Universitas Negeri Malang (UM) dan Universitas Airlangga (UNAIR) di Surabaya. Debat yang diselenggarakan oleh dua universitas negeri ini adalah debat tingkat nasional, dua tim debat perwakilan UII yang berkontribusi dalam perlombaan merupakan mahasiswa angkatan 2010-2012 prodi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial Budaya.

Debat diselenggarakan dalam waktu yang berbeda, yakni debat di UM pada tanggal 10-11 November 2012 yang lalu dan di UNAIR pada tanggal 23-24 November 2012. Tim debat perwakilan psikologi UII ini adalah tim terpilih yang berhasil disaring dari seleksi tim debat yang dilaksanakan oleh komunitas belajar Psychology Study Club. Seleksi yang PSC selenggarakan pada 9-10 Oktober 2012 ini adalah seleksi non formil terhadap kalangan mahasiswa psikologi UII yang berminat mengikuti debat. Setelah mendapatkan tim terbaik, tim terbaik dapat melanjutkan perjuangan pada tingkat lomba yang lebih tinggi, yaitu lomba debat tingkat nasional di dua perguruan tinggi negeri (UNM dan UNAIR)

Anggota tim yang memperlihatkan kebolehannya dalam mendebat pada lomba debat tingkat nasional untuk debat di UNAIR adalah Alvyyan Barlis L.Salim, Salma Dias Saraswati dan Diana Arum T., sedangkan untuk lomba debat di UM, akademia yang berkontribusi yaitu Aya (Asyiah Ummul M), Retno Manggaharti dan Muhammad Najih. Debat psikologi di UNAIR merupakan salah satu dari rangkaian acara yang digelar oleh psikologi UNAIR dalam ajang yang diberi nama Psychofest. Psychofest UNAIR terdiri dari beberapa acara selain debat psikologi, seperti workshop psikologi dan festival film.

 pembimbingan

pembimbingan

Foto Pembimbingan Tim debat UII untuk lomba di UNM,

Pembimbing: Liftya H Akmala

Para akademia perwakilan psikologi UII ini berjibaku dalam dua perlombaan debat nasional itu, dengan harapan meraih gelar juara. Mereka membagi cerita kepada divisi Informasi seputar lomba debat yang berlangsung dalam beberapa hari di waktu yang berbeda.

Tim untuk lomba debat di UM memperlihatkan semangat perjuangan mereka dari awal perlombaan dengan melawan tim tuan rumah, tim UM. Sebagai salah satu anggota tim yang bertanding, Aya (Asyiah Ummul M), menggambarkan bahwa ada beberapa faktor yang menjadi kendala dalam debat. Misalnya, tim tuan rumah kebetulan sudah memiliki jam terbang yang tinggi dalam perlombaan debat, sedangkan Tim UII masih tergolong pemula “Ya paling kendalanya mungkin ini kali ya.. ee pengalaman dari kita, juga kurang maksimal dalam menguasai materi dan kita cuma latihan beberapa jam”.

Walau begitu, Aya mengakui bahwa pembimbingan dari tutor (Liftya A.K dan Haris) sangat berpengaruh dalam menambah pengetahuan terkait strategi dan materi persiapan lomba debat. Lebih lanjut, Aya juga berharap bahwa untuk perlombaan debat di lain waktu, lebih memperhatikan persiapan, penampilan dan materi, juga regenerasi dari setiap angkatan untuk memunculkan tim-tim baru “Persiapannya lebih dimatangin lagi, baik dari materi maupun strategi dan penampilan, ada regenerasinya biar gak itu-itu aja orangnya.. biar pengetahuannya juga gak jomplang gitu” Imbuh Aya, sebaiknya ada bimbingan dari dosen berpengalaman atau ahli “Minta dukungan juga dari fakultas.. hmm kalau bisa ada dosen pembimbing yang berpengalaman juga”

 Lain lagi cerita perjuangan tim UII untuk lomba debat di UNAIR telah memperlihatkan semangat mereka yang besar untuk menjadi juara dengan menembus perempat final. Tim UII pada lomba di UNAIR berhasil mengalahkan tim dari UWM (Universitas Widya Mandala) pada kloter ke dua. Namun demikian, mereka belum bisa mewujudkan harapan untuk menjadi jawara nomor satu karena harus menerima kemenangan tim Universitas Hang Tuah dalam perempat final pada ajang Psychofest. Berdasarkan keputusan juri, tim UHT lebih unggul dari tim UII dengan beberapa pertimbangan.

Alvyyan sebagai salah satu anggota tim debat perwakilan UII mengatakan bahwa ada beberapa aspek yang perlu untuk lebih diperhatikan agar bisa menang pada lomba debat di masa yang akan datang. “Kita kemarin itu, menurut observasi saya ya.. Sebagai hasil evaluasi dari juri, kekurangan kita itu di manner.” ujarnya ketika diwawancarai divisi informasi PSC (27/11).”Contohnya manner, mengenai cara kita masuk ruangan misalnya. Salah satu yang termasuk itu, cara berpakaian dari ujung rambut sampai ujung kaki semua di nilai. Jas alma harus di kancing, kalau perempuan pakai rok hitam, bahan. Kalau laki-laki pakai celana hitam bahan” ujarnya.

 kemenangan perempat final case building UHT VS UII

Foto-foto jibaku tim debat perwakilan UII via akun twitter @psychofest2012 di UNAIR

Selain itu, pentingnya mengikuti Technical Meeting pra lomba juga penting bagi setiap peserta debat, sebab informasi detail mengenai tata cara lomba biasanya disampaikan pigak panitia ketika TM.

Aspek lain yang perlu diperhatikan juga adalah materi debat yang terbaru, “Kalau pas debat, untuk materinya, kata jurinya, kalau bisa kita lebih sering baca-baca.  Pas setelah debat jurinya bilang kalau bisa teorinya diperbaharui lagi, soalnya itu teorinya udah lama.” tambah Alvyyan yang menerangkan bahwa saran juri ini sebenarnya ditujukan untuk ke dua tim yang bertanding. Ia juga berpendapat bahwa skema pemikiran dalam setiap lomba debat hendaknya tidak selalu terikat pada pengalaman debat lomba terdahulu. Perlu juga mengetahui standar dari penilaian juri berdasarkan skala dan konteks lomba debat, umum atau khusus psikologi saja.

Isnaini P., sebagai ketua PSC dalam menanggapi pencapaian yang telah diraih teman-teman tim debat menyatakan ke bersyukurannya, ” alhamdulillah lah menurut aku, kan udah nyampe perempat final,” ucapnya ketika wawancara berlangsung sambil tersenyum.

 AR (4/12)

Harry Stack Sullivan (1892-1949)

Oleh Indraswari Kartika Wulan

  1. Pengantar
  • Lahir di komunitas pertanian kecil di New York tahun 1892, ibunya sakit-sakitan.
  • Memandang kepribadian sebagai pola yang tetap dari interaksi sosial, Ironisnya hubungan sosialnya sendiri tidak bagus
  • Ibu memanjakan dan melindungi secara berlebihan karena telah kehilangan 2 anak setahun sebelum kelahiran Sullivan
  • Pada masa pra sekolah temannya hanya binatang-binatang ternak
  • Pernah punya teman anak lelaki yang 5 th lebih tua pada masa preadolescent (clarence Bellinger)
  • Tidak pernah menikah, punya hubungan yang diduga homosexual yang dianggap banyak mempengaruhi pandangan Sullivan tentang intimacy.
  • Terkenal sebagai pendiri Washington school of psychiatry,
  • TEORIINYA : Teorinya dikenal dengan sebutan “interpersonal theory of psychiatry”.
  • Kepribadian didefinisikan sebagai: pola hubungan interpersonal dan situasi interpersonal yang tiap kali kembali dan relatif bertahan, dan memberikan ciri pada kehidupan manusia.
  1. INTERPERSONAL THEORY
  • the self berisi reflected appraisals dari figur orang tua dan other significant adults
  • Jika orang tua sangat pengkritik, anak tumbuh dengan mengkritik dirinya sendiri dan hidup dalam kecemasan.
  • Jika orang tua penyayang, anak tumbuh dengan kemampuan “love, fellowship and good social adjustment in general”
  • “we come to treat ourselves as we have been treated by our parents”
  • Hubungan di awal kehidupan dan pertemuan dengan orang lain, interpersonal transactions, membentuk pandangan tentang diri dan menciptakan kecenderungan perilaku yang bertahan sepanjang hidup
  • Mental disorders bersumber/ berakar  dari pola hubungan interpersonal di awal kehidupan
  • Specific life events and current interpersonal issues berhubungan kuat dengan kondisi mood klien masa sekarang
  • Mengubah lingkungan hubungan interpersonal dapat membantu klien mengurangi gejala dan mengurangi emosi berlebihan/ negatif .
  1. DINAMIKA KEPRIBADIAN

Sulivan berpendapat manusia adalah suatu sistem energi, yang salah satu tugasnya adalah mengurangi ketergantungan yang disebabkan oleh need-nya.

  1. PEKEMBANGAN KEPRIBADIAN
 Hal-hal yang Penting dalam Tahap Perkembangan Kepribadian

  1. Infancy (masa kelahiran sampai usia 18 tahun)

Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 1 tahun. Pada masa ini manusia sangat lucu dan menggemaskan tetapi juga rentan terhadap kematian.

Kematian bayi dibagi menjadi 2 yaitu kematian neonatal (kematian di 27 hari pertama hidup) dan post neonatal (setelah 27 hari).

Daerah oral merupakan daerah utama dalam interaksi antara bayi dan lingkungannya. Segi lingkungan yang menonjol pada masa bayi adalah benda yang menyediakan makanan kepada bayi yang lapar, putting susu ibu atau dot dari botol.

Ciri khas dari tahap infantile adalah :

a. Munculnya dinamisme apati dan pelepasan dan pelepasan diri dengan cara mengantuk.

b. Peralihan dari cara prototaksik ke parataksik.

c. Organisasi personifikasi-personifikasi seperti ibu yang baik, tenang, menerima dan memberi kepuasan.

d. Organisasi pengalaman melalui belajar dan munculnya dasar-dasar sistem diri.

e. Diferensiensi tubuh bayi sendiri sehingga bayi belajar memuaskan tegangannya terlepas dari ibu missal menghisap ibu jari.

f. Belajar melakukan gerakan-gerakan terkoordinasi yang melibatkan tangan dan mata, tangan dan mulut serta telinga dan suara.

  1. Childhood (usia 18 bulan sampai 5 tahun)Periode ini disebut juga usia prasekolah. Ciri khas perkembangan balita :

    a. Perkembangan fisik Þ pertambahan berat badan menurun, sebab balita menggunakan banyak energi untuk bergerak.

    b. Perkembangan psikologis Þ terjadi pembedaan diri dengan orang lain.

    c. Perkembangan psikomotor Þ semakin baiknya penguasaan terhadap tangan dan kakinya.

    Cara belajar pada usia ini melalui bermain dan rangsangan dari lingkungannya terutama lingkungan rumah. Ada pula pendidikan di luar rumah yang terprogram dan terstruktur. Contoh permainan yang bisa dilakukan :

    a. Permainan peran untuk melatih kemampuan pemahaman sosial. Contoh dokter-dokteran.

    b. Permainan imajinasi untuk melatih kemampuan kreativitas anak.

    c. Permainan motorik untuk melatih kemampuan motorik kasar dan halus.

    Motorik kasar Þ permainan palang, permainan keseimbangan

    Motorik halus Þ mewarnai

  1. Juvenile (usia 5-11 tahun)

 

Pada masa ini anak-anak mulai membandingkan segala sesuatu yang diterima di rumahnya dengan yang ia temui di luar. Norma-norma moral yang tadinya absolut di rumah kini menjadi relatif.

  1. Preadolescence (antara 11-13 tahun)

Ditandai dengan masaknya organ-organ produksi sehingga secara fisik-biologis remaja siap untuk beranak pinak. Daya tarik heteroseksual menjadi lebih kuat.

Ciri-ciri utama pada periode ini adalah :

a. Tumbuh tanda-tanda seksual.

b. Tubuh mengalami pertumbuhan yang sangat cepat.

c. Perilaku ditandai dengan negativisme yaitu sering menyendiri, bosan dengan berbagai aktivitas, hidup seenaknya antagonistik.

  1. Early Adolescence (Masa dewasa awal, antara 14-17 tahun)Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Remaja adalah idealis, ia memandang dunia seperti apa yang dia inginkan bukan sebagaimana adanya. Pada masa ini disebut juga periode pemantapan identitas diri, namun hal tersebut tidak selalu berjalan mulus, tetapi sering mengalami proses yang panjang dan bergejolak. Ciri-ciri perilaku yang menonjol terutama pada perilaku sosialnya.
  1. Late Adolescence (Masa dewasa akhir antara 18-20 tahun)Secara umum dapat disebut sebagai umur pemantapan diri terhadap pola hidup baru. Mulai serius belajar demi karir di masa yang akan datang, mulai memilih-milih pasangan yang lebih serius dan cita-citanya menjadi lebih realistis.
  1. Adulthood (Masa dewasa)Menggambarkan segala organisme yang telah matang. Seseorang dapat saja dewasa secara biologis, dan memiliki karakteristik perilaku dewasa, tetapi tetap diperlakukan sebagai anak kecil jika berada di bawah umur dewasa secara hukum. Sebaliknya, seseorang dapat secara legal dianggap dewasa, tetapi tidak memiliki kematangan dan tanggung jawab yang mencerminkan karakter dewasa.

    Dengan demikian kedewasaan dapat diartikan dari aspek biologi, hukum, karakter pribadi atau status sosial.

 

blog.uad.ac.id/…/BAB-10.INTERPERSONAL-PSYCHIATRY-SULLI